Selasa, 09 Februari 2010

WI, AKHIRNYA AKU BISA JATUH CINTA LAGI

WI, AKHIRNYA AKU BISA JATUH CINTA LAGI
By : Helmy Fenisia


Dear Wi,

Akhirnya aku bisa jatuh cinta lagi. Setelah hampir tiga belas tahun kubiarkan hatiku menunggumu dalam kesia-siaan, dan kini dia datang dengan segala perhatian dan pengorbanan yang tak mampu kutolak meski kadang hati ini masih dipenuhi oleh angan dan harap tentangmu.

Semula, aku pikir aku tak akan jatuh cinta lagi. Karena selama tig belas tahun ini hanya ada namamu di hatiku. Bahkan aku tak mampu membuka hatiku untuk yang lain. Dia, yang kini ada semula hanyalah sahabat bagiku. Tempat aku membagi suka dan dukaku. Tempat aku menceritakan tentang rinduku padamu. Tempat aku membagi kesedihan dan kesepian dan penantian yang panjang akan dirimu.

Aku bahkan tak mampu menghapus namamu dari hatiku, atau membiarkan kenangan tentang dirimu menjauh dari pikiranku. Pernah mencoba , namun aku tersiksa karena nyata aku tak mampu untuk menghapus dirimu dalam hidupku. Bagiku, melupakanmu sama dengan mengkhianatimu. Bodohnya aku, begitu kata teman-temanku. Mengharapkan dirimu yang telah jauh, bahkan tak tahu apakah namaku masih ada dalam hatimu. Apakah pernah terlintas sekejap kenangan tentangku dalam ruang pikirmu.

Wi, entah mengapa setiap memikirkan dirimu selalu membuat air mataku jatuh. Seakan ada sayatan pisau yang membuat hatiku kembali terluka. Namun selalu saja aku tetap ingin mengingatmu. Memikirkan dirimu yang telah jauh dan tak tahu ada di mana. Pernah bertekad dalam hati, menyimpan namamu di sudut ruang hatiku yang paling dalam dan tak akan pernah lagi menyebut namamu. Namun entah mengapa , kini kembali mengusikku.

Wi, kamu tahu, dia yang kini ada selalu berusaha membahagiakan aku dengan segala perhatian dan cintanya yang begitu besar, agar aku dapat melupakanmu dan meniti masa depan tanpa bayang masa laluku. Ia juga rela berkorban untuk dapat masuk dalam ruang hatiku yang penuh namamu. Baginya, meski hanya sedikit asal aku bisa belajar mencintainya itu sudah cukup.

Ia telah memberikan perasaannya padaku jauh sebelum aku menyadarinya. Dengan sabar menungguku untuk melupakanmu, dengan menekan segala kecemburuan dan perasaan sakit yang ada, selalu menjadi pendengar ketika aku cerita tentang perasaanku padamu. Menghiburku kala aku sedih dan terluka oleh kenanganmu yang tak mau menjauh meski hatinya pun terluka olehku.

Dan ketika hatinya mulai terusik oleh penantian dan rasa lelah, ia datang dan menyatakan perasaannya padaku. Aku, saat itu tak dapat menerimanya meski pun ia telah empat tahun menunggu hatiku berubah. Bagiku tidak ada yang lain hanya dirimu. Yang kuinginkan hanya kamu walau entah sampai kapan aku harus menunggu. Aku dapat menangkap kekecewaannya. Beban berat yang telah kuberikan padanya melalui semua cerita tentang dirimu seakan bertambah berat dengan penolakanku. Aku, tak dapat menerimanya. Tak ingin berpura-pura mencintainya.

Namun Wi, ia tak pernah jauh dariku. Masih dengan ketulusan yang semula ia terus mencintaiku dan menemaniku dalam kesendirianku yang menanti dirimu. Hingga suatu saat ia menghilang dari hidupku dan Wi, saat itulah aku tahu arti dirinya bagiku.

Ia bukan sekedar sahabat, tetapi nafas hidupku yang memberiku kelegaan saat aku memerlukan orang untuk berbagi. Aku baru menyadari kalau dia begitu penting bagiku dan aku tak sanggup kehilangan dirinya. Perhatian dan cintanya yang tulus selama ini entah mengapa tak pernah kusadari hingga akhirnya ia pergi dari sisiku.

Tapi Wi, kini ia kembali. Setelah aku sanggup menata keping hatiku yang hancur oleh perpisahan kita dan memberikan ruang kosong untuknya di hatiku. “Aku terus mencintaimu, walau aku jauh. Dan menyimpan dirimu erat dalam hatiku.” Kata-kata yang membuatku terharu.

Wi, haruskah kuhalau rasa yang kupunya demi kamu yang telah jauh? Aku tak mau kehilangan dirinya untuk yang kedua kali. Sejauh mana pun dirinya, aku tahu dia tetap mencintaiku. Walau hatinya tahu kalau perasaanku padanya tidak utuh. Tapi Wi, asal aku mau belajar mencintainya, menyelipkan namanya di antara namamu di hatiku, ia sudah bahagia.

Wi, saat ini aku berharap namamu, bayanganmu bahkan segala kenangan indah yang pernah kau tinggalkan untukku dapat dibawa pergi dari hatiku. Membiarkan aku melupakan segalanya tentang dirimu. Dan memberikan aku kesempatan untuk mencintai orang lain, meniti masa depan yang menantiku.

Wi, saat ini aku bahagia karena bisa jatuh cinta lagi. Hal yang sudah tiga belas tahun lebih tak kurasakan sejak kau pergi dari hidupku. Wi, doakan kebahagiaanku ya. Seperti aku selalu mendoakan kebahagiaanmu.


Published by : Analisa, Minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar