SENYUM YANG TERENGGUT
Mendung itu menyapu senyum
Merampas asa,
tinggalkan jejak-jejak luka
Awan menghitam
Menyisakan cerita tentang pagi
Dingin,
kelu bibir membiru
Menatap nanar mentari
Di antara bias malam yang tak bersisa,
kulihat bening yang belum mengering
PAGI KELABU
Sekali lagi Kau guncang kami dengan marahMu
Menyentakkan jiwa-jiwa tak berdaya
Merenggut senyum yang pernah ada
Bersama bumi kami terkapar pasrah
Kerut-kerut yang hadir lewat waktu
Jiwa-jiwa yang baru sejenak melihat dunia
Terampas dalam sekejap
Mengsirnakan titik-titik asa
Pagi itu Kau bawa pergi tawa
Lalu hadiahkan aku tangisan’
Inikah yang layak kuterima?
AKHIRNYA TERTUMPAH JUA
Si Pemberi jiwa merajuk
Ia marah karena kita melupakanNya
Raga-raga memeluk dunia,
jatuh cinta pada harta
Kita teguk keserakahan dengan nafsu,
lalu tersedak
dan tercekik oleh amarah
Akhirnya,
Satu yang layak kita terima.
MurkaNya…murka yang tersimpan sekian lama
Akhirnya kini tertumpah jua
KEMBALIKAN
Kembalikan hatiku
Kembalikan jiwaku
Kembalikan harapku
Kembalikan mimpiku
Yang telah kau bawa
Yang telah kau renggut
Yang telah kau ambil
Yang telah kau curi
Jangan biarkan aku
Tertatih dalam sepi
Pada gelap tak bertepi
Berikan aku meski hanya secuil mimpi
SENDIRI DALAM BADAI
Asa itu telah membiru
Beku…tanpa rasa
Membiarkan ranting
Memeluk dingin.
Tapak putih itu tinggalkan jejak
Bayang menghilang
Tanpa kata
Tinggal butiran bening tersisa
Dalam badai mencoba bertahan
Setapak, selangkah perlahan berjalan
Sunyi…
Hanya deru angin menemani
TERENGGUT KHATULISTIWA
Sudah menguapkah rasa itu ?
Menghilang bersama garis waktu
Tak menyisakan setitik asa
Oleh bilur-bilur aku terluka
Batas khatulistiwa merenggutmu dariku
Laut dan daratan seolah mengejekku
Kini kau milik mereka
Bersama hatiku kau persembahkan dirimu.
AKU MASIH DI SINI
Kau tuang janji di atas pena
Mengajakku ‘tuk langkah bersama
Di atas pasir putih
Sambil memandang birunya laut
Aku berdiri di sini
Menunggumu menuai janji
Senja kemerahan di garis laut
Perlahan menghilang tinggalkan kelam
Aku masih di sini
Ketika janji mengeliat
Kau masih belum terlihat
Tertutup malamkah?
Gelap terasa panjang
Pagi seolah enggan menjelang
Aku masih di sini
Bersama janji-janji yang pernah kau tuang
KEBENCIAN
Kau tusuk bulan dengan merah matamu
meliarkan roh-roh kebencian
Pada lorong-lorong waktu
kau biar dendam bercumbu
Kau hanguskan rasa
dengan luka
memutilasi kenangan
dengan rindu yang berubah nama
Published by TRP Harian Analisa
Jumat, 05 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar